SELAMAT DATANG DI BLOGGER SAYA http://warta-wirti.blogspot.co.id/ TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG by ALEXYNET

Friday, January 8, 2016

5 Langkah Jitu Cara Bangkit dari Keterpurukan Usaha, Hidup, dan Cinta

Cara Bangkit Itu Dimulai Dari Berhenti Menjadi Korban

wake-up
Saya sering menerima email atau inbox yang konsultasi yang bertanya tentang cara bangkit dari keterpurukan. Apa pun keterpurukan itu, baik usaha, cinta, karir, dan hidup pada umumnya.
Dari pengalaman saya, salah satu penghambat mengapa tidak bisa bangkit, sebab kebanyakan orang memiliki mindset menjadi korban. Masalahnya, jika Anda merasa menjadi korban, tidak ada yang bisa dilakukan. Tidak ada, sebab Anda dalam posisi korban (objek) bukan pelaku atau subjek.
Ya, yang dimaksud menjadi korban disini adalah sikap, bukan pribadi. Tapi, jika Anda terus memelihara sikap menjadi korban, maka ini akan menjadi kepribadian Anda, dan itu menjadi bahaya. Jika Anda selalu menjadi korban, maka tidak akan ada perbaikan dalam diri Anda. Anda tidak akan pernah bangkit.

Ciri-ciri Orang Yang Merasa Menjadi Korban

Ada 5 ciri orang yang bersikap menjadi korban. Silahkan lihat, adakah kelima ciri atau minimal salah satunya melekat pada diri Anda?
Ciri ini akan nampak jelas saat ada sebuah kejadian dalam hidup Anda, baik itu bangkrut, dipecat, kehilangan sesuatu atau kondisi hidup yang lebih buruk. Dalam kondisi normal, ciri-ciri sikap menjadi korban kurang terlihat.
  1. Menunggu dan berharap. Ciri yang pertama orang yang merasa menjadi korban hanyalah menunggu dan berharap kondisi menjadi lebih baik. Katanya sich sabar, tapi sabar dengan pemaknaan sendiri. Dia salah mengartikan shabar. Dia hanya menunggu badai cepat berlalu dan berharap kondisi berubah dengan sendirinya sehingga dia lepas dari keterpurukan.
  2. Membela Diri. Ciri yang kedua adalah dia selalu membela diri. Dia merasa bahwa dia sudah melakukan hal yang benar. Ciri ini sangat berkaitan dengan ciri yang ketiga.
  3. Menyalahkan. Karena dia merasa benar, selalu membela diri, maka yang salah atas kondisi yang dialaminya bukanlah dia (menurut dia). Untuk itu dia akan menyalahkan orang lain, kondisi, ekonomi, atau apa pun selain dirinya.
  4. Melawan Realitas. Terutama saat dia merasa disudutkan oleh realitas. Realitas yang menunjukan keadaan sebenarnya akan dia lawan. Dia akan berargumen, bahkan dengan orang yang berniat membantu. Ciri khasnya adalah “bukan begitu keadaanya” “saya tidak melihatnya seperti itu”. Artinya, dia melihat realitas hanya berdasarkan persepsi dia.
  5. Menghindari Realitas. Atau bisa dikatakan dia lari dari masalah dan tidak peduli lagi akan realitas sebenarnya. Kadang dengan dalih tidak usah mencari yang salah, dia tidak mau membahas realitas yang ada. Padahal, solusi hanya akan datang jika kita memahami realitas yang sebenarnya. Contoh perkataan orang yang menghindari realitas, “Sudahlah, tidak usah banyak tanya, pokoknya bagaimana saya keluar dari masalah ini?”
Mengapa hal ini bisa terjadi? Bisa jadi penyebabnya adalah rendah diri, dia takut terlihat jelek atau buruk. Sehingga dia ingin mengesankan, bahwa dia itu sebenarnya hebat, masalah datang karena ulang orang lain, karena kondisi yang tidak memungkinkan, dan lain-lain selain dirinya.
Satu lagi ciri-ciri orang yang memiliki sikap menjadi korban adalah selalu MENGELUH.

5 Langkah Jitu Cara Bangkit Dari Keterpurukan

OK, sebelum melanjutkan ke langkah demi langkah bagaimana agar bisa bangkit dari keterpurukan, Anda harus bisa melepaskan diri dari sikap menjadi korban. Andalah pelaku dan Andalah yang bertanggung jawab dan hanya dengan usaha Anda, Anda bisa lepas dari keterpurukan.
Kuncinya adalah bukan apa yang menimpa Anda, bukan salah siapa-siapa, tetapi yang terpenting adalah bagaimana Anda menyikapi dan bertindak atas apa yang menimpa Anda.

Langkah 1: Mencari Realitas

Jika korban melawan dan menghindari realtias, justru kita harus mencarinya. Kita harus mencari dan memahami realtias sebenarnya. Apa yang terjadi? Sebab, hanya dengan memahami realitas yang sebenarnya solusi bisa dicari. Temasuk dalam hal ini, jika memang salah Anda, maka Anda harus bisa menerimanya.

Langkah 2: Mengakui Realitas

Artinya adalah mengakui penyebab terjadi keterpurukan dalam hidup Anda. Anda harus mengakui dan menerimanya. Jangan ingkari, jangan hindari. Mengingkari dan menghindari tidak ada manfaatnya.

Langkah 3: Menghadapinya

Bahkan, bisa jadi Anda penyebabnya. Bahkan, jika perlu, meski pun bukan Anda penyebabnya, cobalah arahkan bahwa Andalah penyebab semuanya. Jadikan semua terpusat dari Anda.
Misalnya, bisnis Anda terpuruk karena banyak saingan yang lebih bagus dan banting harga. Pandangan ini bisa diubah dengan mengatakan bahwa penyebab keterpurukan bisnis Anda karena Anda tidak bisa membuat produk yang lebih bagus dan harga lebih murah.
Anda bisa lihat bedanya? Jika pihak luar yang menjadi penyebab, ya sudah, berhenti. Tapi jika Anda yang menjadi penyebab, maka akan ada sesuatu yang bisa Anda lakukan. Bedanya bumi dan langit.
Intinya, langkah ketiga ini menjadikan Anda sebagai pusatnya dan siap menghadapi realitas apa pun.

Langkah 4: Mencari Solusi

Saat semua sudah terpusat pada diri Anda (tanggung jawab) maka akan lebih mudah mencari solusi. Maka pertanyaan selanjutnya adalah “Apa yang bisa SAYA perbuat?”
Jika Anda terus melihat keluar, menyalahkan apa yang terjadi diluar, maka tidak ada yang bisa ANDA lakukan. Namun berbeda saat Anda mulai terpusat pada diri Anda (mengambil tanggung jawab), maka akan ada yang bisa ANDA lakukan.
Apa yang bisa Anda lakukan untuk bangkit dari keterpurukan? Pertanyaan ini jauh lebih mudah dijawab ketimbang “bagaimana agar kondisi ekonomi segera berubah”. Memang tidak mudah menjawabnya, tapi jauh lebih mudah. Kuncinya agar bisa menemukan jawaban adalah berilah cukup waktu dan cukup usaha. Kebanyakan ingin mendapatkan solusi secara instan. Bershabarlah.
Untuk lebih detail.

Langkah 5: Beraksi Mengatasinya

Setelah Anda menemukan solusi, maka ANDA sudah bisa beraksi. Andalah pelaku, Andalah yang bertanggung jawab, dan Andalah yang bertindak untuk mengatasi keterpurukan Anda.

8 Responses to “5 Langkah Jitu Cara Bangkit dari Keterpurukan Usaha, Hidup, dan Cinta”

No comments:

Post a Comment