Bagaimana cara Anda berkomunikasi dengan pasangan sehari-hari, apakah
agresif atau murah hati, sangat mempengaruhi kualitas hubungan Anda di
masa depan.
Mengapa ada begitu banyak orang bercerai? Apa yang menyebabkan
pernikahan hancur? Psikolog Jhohn dan Julie Gottman melakukan sebuah
penelitian kepada banyak pasangan -menikah maupun yang sudah bercerai-
untuk memahami hal-hal dibalik kegagalan maupun keberhasilan hubungan
mereka.
John dan Julie membuat sebuah "Laboratorium cinta", dimana
10 pasangan meghabiskan hari-hari mereka melakukan kegiatan seperti
makan, memasak dan bersih-bersih, sementara itu para ilmuwan sosial
menganalisa perilaku mereka terhadap satu sama lain. Pada akhir
penelitian, para peneliti mengklasifikasikan pasangan menjadi dua
kelompok, "Ahli dan Bencana."
Setelah 6 tahun pasangan tersebut
dipanggil kembali. The Gottmans menemukan bahwa kelompok "ahli" tetap
hidup bersama dengan bahagia, sementara pasangan yang termasuk kelompok
"bencana" tidak lagi terikat dalam pernikahan atau hidup bersama -
bahkan lebih menyedihkan. Dari hasil penelitian ini, para peneliti
berkesimpulan bahwa ada dua kualitas utama ditemukan dalam hubungan para
"ahli", yang menjadi kunci keberhasilan pernikahan mereka, yaitu:
Kemurahan hati dan kebaikan.
Perilaku sederhana sewaktu menjawab
pertanyaan sehari-hari sangat mempengaruhi kualitas hubungan Anda di
masa depan. Apakah dilakukan dengan agresif atau dengan murah hati.
Pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apakah kamu melihat burung itu?" bisa
menjadi pertanda bagi seorang istri untuk menunjukkan ketertarikan pada
selera suaminya. Bertindak dengan murah hati dan kebaikan mampu
menciptakan hubungan yang harmonis di antara kedua belah pihak.
Tanggapan yang keras atau perilaku tidak menyenangkan ketika seorang
pasangan mencoba untuk membagikan pengalamannya yang bermakna,
menunjukkan bahwa segala sesuatu jauh lebih penting daripada hal-hal
konyol yang diminati oleh pasangannya.
Penelitian tersebut juga
mengemukakan bahwa ada dua hal yang dapat dipilih ketika masalah datang:
Kita bisa memilih untuk memberikan tanggapan yang baik yang membuat
kita tetap bersama sebagai pasangan, atau tanggapan keras yang akan
memisahkan satu sama lain. Para "ahli" lebih memilih tanggapan yang
murah hati, menciptakan sebuah hubungan dengan menunjukkan ketertarikan
dalam kebutuhan emosional mereka. Hal-hal tersebut dilakukan dengan
kebaikan dan kemurahan hati, menciptakan lingkungan yang saling
menghargai dan penuh rasa syukur.Lain halnya dengan pasangan para
"bencana" yang membangun lingkungan berdasarkan pada ketidakpuasan,
selalu mencari-cari kesalahan dari pasangan dan melupakan hal-hal baik
yang sudah pernah dilakukan.
Anda termasuk ke dalam kelompok yang mana?
Jika
istri Anda pergi ke pasar dan membeli makanan, tetapi lupa untuk
membeli pasta gigi, apakah Anda akan kesal padanya atau apakah Anda akan
berterimakasih padanya untuk makanan yang telah dia beli? Pilihan Anda
akan memberitahukan apa jenis hubungan Anda selama ini.
Penelitian
tersebut telah menunjukkan bahwa dalam keadaan seperti seorang istri
yang terlambat menghadiri janji makan malam, dapat dilihat oleh suaminya
dalam dua cara berbeda: Dengan kemurahan hati atau keegoisan.
Memfokuskan diri hanya pada kenyataan bahwa dia (istri) selalu terlambat
dapat menyebabkan suami menjadi marah kepada istrinya. Alih-alih
menjadi sabar dan pengertian, suami justru membuat pernyataan tidak
sensitif dan melukai perasaan istrinya. Padahal mungkin, sebetulnya
hanya terlambat karena sedang mempersiapkan kejutan sang suami.
John
dan Julie Gottman setelah mempelajari elektroda pasangan tenyata juga
menemukan bahwa kelompok pasangan "bencana" secara fisik dipengaruhi
oleh pernyataan-pernyataan kritik dan menyakitkan dalam setiap
percakapan dengan pasangannya. Mereka menemukan bahwa pasangan menikah
dalam keadaan fisiologis yang sama, seolah-olah sedang berperang melawan
seekor macan tutul. Di sisi lain, para kelompok "ahli" sangat santai
dan tenang saat berkomunikasi dengan satu sama lain.
Kemurahan
hati dan kebaikan mampu menyelamatkan hubungan pernikahan Anda. Hasil
penelitian membuktikan bahwa sebuah pernikahan yang sehat membutuhkan
dosis harian dari kedua hal, yaitu kemurahan hati dan kebaikan - tidak
hanya pada saat-saat tertentu saja. Jadi, Anda bisa mencoba untuk
bersikap lembut dalam situasi di mana Anda cenderung untuk marah.
Hindari ketersinggungan atau kemarahan sebelum Anda mengetahui
keseluruhan cerita. Selalu berkonsentrasi pada tindakan positif pasangan
Anda. Lakukan hal tersebut untuk membantu Anda dan pasangan menjadi
bagian kelompok "ahli" dalam pernikahan dan memiliki sebuah hubungan
yang panjang, penuh cinta dan abadi.
No comments:
Post a Comment