SELAMAT DATANG DI BLOGGER SAYA http://warta-wirti.blogspot.co.id/ TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG by ALEXYNET

Saturday, March 26, 2016

Langkah bijak ketika dihadapkan pada problema keuangan rumah tangga

Ujian pernikahan bisa datang kapan saja, dan dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah ujian uang. Kejadian terkait perekonomian keluarga ini tak bisa dianggap remeh, karena bisa memorak-porandakan keluarga. Apalagi jika penyebabnya adalah PHK


  • Menyedihkan sekaligus menyebalkan, jika melihat suami, sebagai kepala keluarga yang sangat diharapkan menjadi tulang punggung, namun tidak mampu berbuat banyak untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Apalagi jika sikap suami yang masa bodoh atau tidak mau mengerti terhadap urusan dan kebutuhan rumah tangga. Melimpahkan begitu saja setiap urusan, kebutuhan dan kepentingan rumah tangga kepada sang istri, misalnya. Suami menutup mata dan tidak mau peduli terhadap kesulitan istri. Istri pun dengan susah payah menggantikannya menjadi tulang punggung keluarga untuk menutupi kebutuhan hidup keluarga dan mengurus segala kepentingan keluarga termasuk anak-anak.
    Adakah kejadian seperti ini? Ada. Salah satu sebabnya sebagai akibat dari kehilangan sumber mata pencaharian atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan usaha yang mengalami kebangkrutan. Status baru sebagai pengangguran dapat membuat beban keluarga menjadi semakin berat. Apalagi, dirinya sebelumnya memang menjadi penyokong tunggal ekonomi keluarga. Hendra Surya, dalam bukunya yang berjudul "Agar Pernikahan menjadi Langgeng" menjelaskan hal tersebut.
    Jika istri berusaha menuntut tanggung jawab dan peran suami terhadap urusan rumah tangganya, justru yang muncul adalah sikap emosionalnya. Suami menjadi pemarah dan gampang meledak amarahnya. Alhasil, tidak jarang timbul ketegangan, pertengkaran dan keributan yang mewarnai relasi antarpasangan.
    Tidak jarang, seorang yang mengalami PHK atau yang mengalami kebangkrutan usaha sangat sulit untuk menemukan lapangan kerja baru. Tidak sedikit yang mengalami tekanan mental, sehingga tidak mampu lagi mencari solusi dalam menemukan pekerjaan baru. Alhasil, kepanikan kerapkali mewarnai relasi antarpasangan. Menghadapi situasi yang sedemikian sulit, tentu membuat hari-hari yang Anda lalui menjadi begitu berat.
    Namun, harus Anda sadari, kalau terus berlarut-larut terperangkap atau terpuruk dalam keputus-asaan atau ketidakberdayaan, akan membuat hidup Anda terasa semakin berat. "Anda perlu bersabar dalam situasi yang Anda hadapi saat ini. Kuncinya jangan pernah lelah memberi semangat pada suami agar tidak menyerah dalam mencari pekerjaan baru," ujar Monti Satiadarma, psikolog.
    Suami tampaknya tengah frustrasi karena kehilangan pekerjaan dan ketidakmampuannya menafkahi keluarga. Keadaan ini menumbuhkan rasa ketidakberdayaan pada dirinya sehingga menjadikannya sensitif terhadap segala hal. Sikap marah-marahnya hanyalah cara ia menutupi perasaan lemahnya.
    Kesabaran dan pengertian dari Anda dan anak-anak sangatlah dibutuhkan suami dalam menghadapi masa transisi ini. Ajak anak-anak bicara sesuai usia mereka tentang kesulitan yang keluarga, dan khususnya ayah mereka, hadapi. Ingatkan mereka agar berhati-hati ketika berkomunikasi dengan ayah mereka, agar tidak memicu kemarahannya.
    Patut diingat bahwa kondisi orang seperti ini, membuat dirinya cenderung terus menangisi nasib dirinya dan selalu meratap mengasihani diri. Karena itu jadi cenderung menyalahtafsirkan setiap ucapan orang lain yang ditujukan padanya dan itu dianggapnya sebagai upaya untuk memojokkan, mempermalukan dan menghina dirinya saja, sehingga tidak jarang malah timbul ketegangan atau konflik.
    Kebimbangan atau kegamangan yang menyertai orang yang kehilangan pekerjaan atau menghadapi tekanan tersebut membuat semangat hidup menjadi melorot tajam. Jika dirinya diajak berembuk untuk mendapatkan pekerjaan baru, maka dirinya cenderung suka mendebat, meragukan dan membuat argumentasi yang negatif dan pesimistis.
    Langkah pertama tentunya akui saja dulu perasaan tak berharganya itu, biarkan ia melepas semua rasa gamangnya. Berikan ruang baginya. Berikan saran pada suami ketika ia memintanya. Namun, jangan juga memaksakan keinginan atau pendapat Anda kepadanya. Berikan kesempatan kepada suami untuk memutuskan apa yang terbaik bagi keluarga.

No comments:

Post a Comment